Tuesday, September 10, 2013

Tirta Matra: Ruang Publik Baru Kota Jakarta

Tirta Matra merupakan proposal desain untuk pengembangan kawasan kebudayaan nasional di Jalan Medan Merdeka Timur (Pengembangan Bangunan Galeri Nasional Indonesia).

Pesatnya perkembangan dan kemajuan masyarakat digital di dunia menyebabkan penurunan minat masyarakat akan bangunan-bangunan kebudayaan seperti museum, art gallery, dan theater. Hal ini menjadi tantangan yang sangat besar bagi arsitek untuk merespon isu tersebut.  Galeri Nasional Indonesia (GNI) adalah salah satu yang mengalami dampak dari perkembangan masyarakat digital. Jumlah pengunjung GNI mengalami penurunan yang signifikan. Harus ada solusi dari segi software maupun hardware untuk meresponnya.

Dari segi software, kita bisa menempatkan program manager yang inovatif yang menciptakan program yang cepat dalam waktu tertentu. Sedangkan dari segi hardware, dikembangkan melalui bangunan baru yang menggunakan teknologi terkini yang atraktif secara bentuk maupun pengalaman ruang yang ditawarkan. Oleh karena itu, kami sebagai Arsitek mencoba memberikan solusi hardware dengan mengajukan proposal desain yang merespon masyarakat digital. Pada proposal desain ini, kami memberi makna yang “kekinian” dengan unsur yang mengundang publik untuk berkunjung serta menggunakan material yang kontemporer. Di sini, kami mengangkat unsur air sebagai benang merah konsep karena kami menilai air merupakan media yang atraktif untuk mengundang perhatian publik.


Pendekatan urban desain mengacu pada gagasan awal Ir Soekarno RI untuk menjadikan kawasan disekitar Monumen Nasional sebagai simbol peradaban dan pusat kebudayaan nasional. Oleh karena itu, secara konteks kami mengacu pada Monas, sebagai DATUM yang direspon secara lebih fundamental. Tidak hanya menyediakan garis imajiner, tetapi juga menyediakan public space pada beberapa macam ketinggian seperti Teater, yang berada di atas gedung pameran temporer, serta sky lobby di lantai tertinggi hotel.


Kemudian, kami juga memberikan respon berbeda untuk kawasan yang memiliki 2 muka, yaitu Jalan Medan Merdeka Timur dan Sungai Ciliwung. Pada jalan yang menghadap Medan Merdeka Timur, kami rancang sebuah reflecting ponds dan taman depan dengan air mancur untuk memberikan keseimbangan. Sedangkan di area pinggir Sungai Ciliwung, dirancang public space berupa promenade, serta amphiteater.




Untuk gubahan masa, kami membaginya menjadi dua katagori, yaitu gubahan masa oval-fluida, serta gubahan yang rectangular. Terdapat 3 bangunan yang kami rancang dengan batasan fluida, yaitu Gedung Teater Nasional, Gedung Pameran Temporer 3, serta Gedung Teater Indoor. Ini membuat kualitas yang dialami menjadi berbeda dari yang biasanya, yang berbentuk kotak. Di lain pihak, bentuk rectangular juga kami pertahankan pada beberapa bangunan seperti pada Pusat Data Gedung Komersial, Covention Center, Lab, Ruang Koleksi, serta Ruang Seminar. Bentuk yang rectangular, ditambah dengan ritme dari kolom-kolom baja di sisi luar bangunan membentuk harmonisasi yang apik dengan Ruang Pameran Temporer, yang notabene adalah bangunan cagar budaya.








Kami juga merancang dengan pendekatan "WOW" Factor, yang memberikan efek ketertarikan bagi masyarakat yang berkunjung, baik yang datang dari Jalan Merdeka Selatan, maupun jalur Sungai Ciliwung. Kami melihat perlu adanya sebuah landmark di Kota Jakarta. Kami harap, di masa datang, kompleks ini menjadi sebuah destinasi pariwisata dari seluruh dunia. "WOW" Factor diterjemahkan dalam sebuah ruang publik yang luas, unsur air yang menonjol, penggunan material yang reflektif, seperti kaca ataupun baja, serta sky experience. Khususnya pada bagian rooftop Gedung Teater Nasional dan Gedung Pameran Temporer 3, serta sky lobby hotel, pengunjung bisa menikmati Jakarta dari ketinggian yang berbeda-beda, serta mengapresiasi kawasan Monas.



Beberapa preseden yang kami gunakan sebagai referensi "WOW" Factor, antara lain Reina Sofia Museum at Madrid, Louvre Lands at French, Kanazawa 21th Museum of Art at Japan, Jewish Museum at Berlin, Rolex Learning Center by SANAA at Switzerland, Vieux Port Paviliun by Marsailles.


PROJECT CREDITS Office Budi Pradono Architects
Location Kompleks Galeri Nasional Jakarta Pusat
Design period August 2013
Type: National Competition 2013
Concept by Budi Pradono 
Architect: Budi Pradono Architects (BPA)
Principal Architect: Budi Pradono
Assistant Architects: Anggita Yudhisty Zurman Nasution, Eka Feri Rudianto, Ajeng Nadia Ilmiani
Asistant architects supports: Rifandi Septiawan Nugroho, Destiana Ritaningsih, Stephen Lim, Laurencia Yoanita

No comments:

Post a Comment