Friday, April 26, 2013

Mengunjungi High line di New York, sebuah keberhasilan intervensi urbanitas (1)

















Mengunjungi High Line di New York, sebuah keberhasilan intervensi strategy urbanitas (2)

Akhirnya kesampaian juga…saya mengunjungi sebuah proyek yang sangat fenomenal di New York: High Line…sebuah usaha refurbishment mengolah jembatan jembatan kereta api yang tidak berfungsi kembali … menjadi new publik space…kita dapat merasakan garden di atas jalan … kita seperti merasakan kembali sebuah resort di tengah kota...









Budi Pradono: In conversation with Popo Danes at Borneo island





Steilneset Memorial by Peter Zumthor and Louise Bourgeois

Architect Peter Zumthor designed this memorial on an island in Norway to commemorate
suspected witches who were burned at the stake there in the seventeenth century (photographs by Andrew Meredith).


The Steilneset Memorial in Vardø comprises two structures, one conceived entirely by Zumthor and a second housing an installation by the late Louise Bourgeois (1911-2010).


The first structure comprises a pine scaffolding framework, inside which is a suspended fabric cocoon containing a long oak-floored corridor.


Inside this corridor, light bulbs hang behind 91 windows to represent each of the men and women that were put to death during the witch trials.


A plaque accompanies each lamp to record the individual stories of every victim.


The installation by Bourgeois, entitled The Damned, The Possessed and The Beloved, occupies the smoked-glass-clad second structure.


A circle of mirrors within surround and reflect a flaming steel chair inside a hollow concrete cone.


This year Zumthor also completed the Serpentine Gallery Pavilion in London and designed a holiday home for Devon, England, that will complete next year.






Photography is provided c/o Icon Magazine.






via : http://www.dezeen.com/2012/01/03/steilneset-memorial-by-peter-zumthor-and-louise-bourgeois/#more-182915

Thursday, April 25, 2013

Net Gener dan visi baru ber-Arsitektur by Budi Pradono




Di saat kondisi perekonomian dunia yang memburuk, ditengah keadaan politik yang kurang menentu, pada saat yang sama dunia dihadapkan pada isu –isu lingkungan terkini; tentang pemanasan global, ekologi yang terpuruk, kepadatan urbanitas dan kemiskinan; banyak arsitek yang berperilaku oportunis yang mengabaikan semua hal di atas yang telah mengubah peran arsitek sebagai servise provider, penyedia layanan jasa perancangan.  

Mampukah arsitek berperan lebih besar dalam agenda-agenda baru perubahan yang melebihi domain arsitektur? Yang memiliki visi jauh ke depan?
Dapatkah arsitektur memberikan kontribusi yang signifikan pada kota? Yang didasarkan atas toleransi maupun negosiasi? 

Dengan melakukan study / riset tentang beberapa fenomena yang terjadi dalam budaya meng-kota kita, seorang arsitek dituntut untuk mengkonstruksi pemikiran, merangkum beberapa disiplin (psikolog, sosiolog, antropolog, aktivis sosial dll) untuk memberikan masukan yang komprehensif bagi perbaikan masa depan kota kita.
Dalam kerangka evolusi kota interpretasi arsitektur dan urbanism kontemporer seharusnya bisa menjadi DEVICE / Alat pemberdayaan bagi pembangunan yang berkelanjutan.
Konsekuensi dasar arsitektur sebagai Device, produk arsitektur dapat dipahami sebagai “instrumen” dari hasil observasinya, sebagai penyambung lidah transaksi urbanitas, sebagai “fasilitator” pembangunan dengan agenda agenda yang lebih besar lagi.
Rem Koolhaas pernah menyebutkan bahwa “Architecture is hazardous mixture of omnipotence &ampimpotence” Mengapa? Karena secara ostensive turut serta dalam membentuk dunia, tapi pemikirannya sangat bergantung kepada provokasi klien-klien lain, individual maupun institusi-institusi yang sarat kepentingan kepentingan tertentu baik itu politis maupun kapitalistik.
Praktek berarsitektur menempati suatu kehormatan dalam mendayung terlaksananya pembangunan, dalam dunia kerja kontemporer yang dikendalikan oleh system yang kapitalistik.
Arsitek dituntut tidak hanya fokus pada bangunan semata tapi juga perencanaan regional, mereka bekerja dalam kerangka riset dan edukasi, seni instalasi, dan seterusnya


Tumbuhnya Kolaborasi massal baru
Di sisi yang lain munculnya ilmu pengetahuan kolaboratif, hadirnya wikipedia telah menggantikan system riset konvensional, karena mengajak semua orang yang mengetahui untuk saling berkomunikasi dan membuat kamus kolaboratif. Semakin hari ilmu pengetahuan dapat kita dapatkan secara gratis. 

Hal ini adalah fenomena kebangkitan jurnalisme sosial dan media yang dikendalikan sendiri oleh masyarakat menjadi contoh lain tentang kolaborasi massal dan penciptaan bersama menghapus antara batas-batas institusi dan individu. Di dunia tempat kita berpijak hanya membutuhkan telepon genggam berkamera untuk  melaporkan kondisi sekitar, seorang individu telah berubah peran menjadi kontributor dan kreator. YouTube adalah contoh kombinasi internet-TV yang memudahkan kita untuk mempublikasikan, memutar, dan berbagi klip video di Web. You Tube menyediakan beragam film independen, video rumahan, maupun konten video bajakan tentu saja lingkungan inilah yang menjadikan ladang subur bagi lahirnya Net Gener; generasi yang sangat mengagungkan keterhubungan, networks yang melewati batas-batas Negara, geografis maupun bahasa. Dengan begitu seluruh fenomena perkembangan urban, perubahan iklim, konstelasi politik, maupun penemuan-penemuan baru dapat didokumentasikan dianalisa dan dijadikan dasar-dasar bagi penelitian lanjutan. Seperti dunia yang berputar lebih cepat, kita berkomunikasi makin mudah dan makin cepat. Saat ini kita sedang demam 3G, tapi teknologinya sedang mengarah pada 4G yang lebih shopisticated.
Net Gener telah merubah cara kita berpikir maupun berinteraksi, dari sisi studio kerja, kita telah membebaskan seluruh tim untuk memanfaatkan teknologi komunikasi secara bebas bertanggungjawab menciptakan relasi yang non-hirarki. Hal ini telah mendorong kreatifitas ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih cepat dari sepuluh tahun lalu ketika wabah internet sedang dimulai. Dengan mendudukan asisten arsitek selaku kolaborator yang handal diharapkan mampu mengelola jutaan informasi yang ada. Facebook telah melucuti pakaian kita, meskipun kita belum menjadi member-pun foto kita bisa dengan mudah terdistribusikan, welcome to the Net Generation! Komunikasi lewat skype, dan keterhubungan dengan push mail  lewat blackberry telah merubah pola dalam managemen desain dan eksekusi secara lintas benua maupun lintas negara.
Lalu apa pengaruhnya dengan proyek-proyek arsitektur yang berskala lebih kecil? Tentu saja dengan perubahan dalam relasi sosial antar manusia dimana Blacberry, I-phone maupun handphone telah menjadi keseharian, tentu saja hal ini telah merubah definisi ruang konvensional. Kamarmandi telah menjadi livingroom, baik dari sisi luasan maupun tingkat kenyamanannya, sehingga sambil mandi kita tetap bisa berinteraksi dengan kawan-kawan kita dengan mudah. Proyek-proyek hospitality harus memasukkan teknologi wifi ke dalamnya lengkap dengan kenyamannannya. Dari sisi rumah tinggal, semakin hari semakin banyak orang tinggal di gated community, banyak pengembang yang menciptakan system keamanan yang baru melepaskan diri dari system keamanan tradisional yang sangat bergantung pada relasi sosial telah digantikan dengan pagar keliling yang kokoh dan security guard yang stand by setiap saat.
Experimental Arsitektur perlukah?
Mengutip apa yang dikatakan Aaron Betsky tentang perbedaan dasar arsitektur sebagai kebutuhan sosial ekonomi dan status quo politik dengan produk experimental arsitektur yang lebih mengedepankan pertanyaan-pertanyaan yang mengkiritisi pada produksi bangunan konvensional, kemudian experimental arsitektur menjadi resisten dan sekaligus alternatif baik dalam hal bentuk maupun metode perancangan yang tidak hanya memproduksi bentuk-bentuk yang autonom yang berarti menyediakan shelter, di sisi lain experimen arsitektur mungkin useless atau tak berguna, tanpa bentuk / formless tetapi kelebihannya selalu open ended seperti apa yang diungkapkan Worlf Prix experimental sebagai sebuah arsitektur akan membuka pikiran, membuka mata & hati. Tetapi ada tradisi yang sudah lama yang tidak bertujuan untuk memproduksi ‘blue print’ untuk bangunan. Yang dapat dibangun begitu saja. Ada sejarah besar tentang pekerjaan spekulativ, desain yang visioner, utopian mayor yang dystopian. Konstruksi-konstruksi fragmentasi, akan langsung, (direct action) & produksi kerja yang dimensi arsistiknya dari sebuah karya seni tidak bergantung pada bentuk fisiknya saja tapi eksis jika kesadaran (conscionsness) dari seorang yang mengalaminya.
Dengan situasi terkini budipradono architects [BPA] sebagai institusi riset dituntut untuk selalu mendefinisikan kembali perannya  di masyarakat secara terus menerus, mempertajam visi edukasi, untuk selalu menghasilkan inovasi-inovasi baru, yang intelligent dan shopisticated. Baik dalam skala Urban hingga skala terkecil furniture maupun produk demi kemanusiaan.